Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 17



Selena mengangkat kepalanya, lalu dia tersenyum sinis dan berkata, “Tuan Harvey, pertanyaanmu sangat bagus, tapi bukankah Anda yang terlebih dahulu mengajukan gugatan cerai?”

Setelah Harvey mendengarkan perkataan Selena, Harvey bukan hanya tidak mengacuhkan, malahan dia berjalan ke arah Selena dengan sikap dingin dan berkata, “Jadi, selama beberapa hari ini kamu terus bersama dengan dia?”

Dari jarak sedekat ini, Selena bisa melihat dengan jelas tatapan dan raut wajah Harvey yang menahan amarah.

Melihat kejadian ini, Selena bergegas membantah dengan nada tegas, “Bukan, beberapa hari ini memang jarang ada taksi yang lewat. Kebetulan hari ini Kak Lewis ada lewat daerah sini jadi dia menawarkanku untuk ikut mobilnya.”

Setelah Selena selesai berkata, Harvey tersenyum sinis dan berkata, “Selena, apa kamu sadar ketika kamu sedang berbohong matamu suka melihat ke atas? Kamu belum mengubah kebiasaan ini sampai sekarang. Kamu sudah bertahan sampai satu tahun, tapi sekarang kamu malah menyerah dan bahkan rela meninggalkan ayahmu yang sedang sakit keras demi pria ini!“

Setelah mendengar perkataan Harvey, Selena hanya terdiam. Selena merasa tidak ada gunanya menjelaskan kepada pria ini karena penjelasan Selena hanya akan membuat masalah ini semakin bertambah ribet.

Sebab itu, Selena langsung mengubah topik pembicaraan dan berkata, “Tidak penting, lebih baik kita segera urus masalah perceraian ini.”

Namun, sebelum Selena sempat berjalan keluar, Harvey sudah terlebih dahulu meraih pergelangan tangannya. Jelas-jelas Harvey tidak menggunakan tenaga ketika meraih tangannya, tetapi Selena malah merasa kesakitan. Dia menatap Harvey dengan tatapan tidak senang.

Harvey mengeluarkan senyuman licik dan berkata dengan nada dingin, “Dulu aku mengira perceraian adalah hukuman yang terbaik untukmu, tetapi sekarang aku berubah pikiran.”

Setelah mendengar perkataan Harvey, Selena langsung tercengang, “Apa maksudmu?” Harvey menatap Selena dengan tatapan licik, “Aku tiba-tiba tidak ingin bercerai denganmu.”

Jari Harvey yang panjang membelai wajah Selena. Lalu, Harvey menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara dingin, “Apa kamu bahagia, Nyonya Irwin?”

Jika Selena mendengarkan perkataan ini setengah bulan yang lalu, dia pasti akan merasa sangat bahagia. Namun, setelah Selena mengetahui kebenarannya, sentuhan Harvey membuatnya merasa sangat jijik.

“Lepaskan tanganmu, Harvey! Aku ingin bercerai denganmu sekarang juga!”

Setelah mendengar perkataan Selena, Harvey langsung menggendongnya dengan mudah. Dulu pria ini adalah tempat perlindungan Selena, tetapi sekarang Selena hanya ingin segera menjauh darinya.

“Lepaskan aku, Harvey. Apa kamu sudah gila?”

Kekuatan antara pria dan wanita memang jauh berbeda. Apalagi, saat ini kondisi tubuh Selena sedang tidak sehat, dia mengalami kesulitan untuk melawan Harvey.

Harvey mendudukkan Selena di bangku belakang mobil. Usaha perlawanan ini menguras banyak tenaga Selena, sehingga napasnya terengah-engah dan dia berkata dengan susah payah, “Harvey. sebenarnya apa yang kamu inginkan?”

“Apa yang aku inginkan?”

Harvey melepaskan dasi yang terikat di lehernya dan berkata dengan tatapan sinis, “Selena, aku mau kamu hidup dengan sengsara. Apa kamu pikir aku begitu bodoh dengan membiarkan kamu pergi dengan pria lain? Sepertinya dulu aku terlalu meremehkanmu. Kamu terus berkata tidak akan bercerai denganku, akan tetapi kamu malah pergi mencari pria lain! Apa kamu begitu haus akan cinta?”

Kepala Selena terasa sangat sakit. Apalagi setelah mendengar perkataan Harvey yang begitu menyakitkan, hati Selena terasa sakit seperti tertusuk jarum. Selena berkata dengan nada geram, “Bukankah selama ini kamu ingin bercerai denganku? Sekarang aku akan mengabulkan keinginanmu, tetapi mengapa kamu malah berubah pikiran? Sejak awal, kamu tidak pernah setia terhadapku, jikalau aku pergi dengan pria lain sekali pun, itu bukan urusanmu!”

Tidak lama kemudian, Harvey mengangkat dagunya dan berkata dengan nada datar, “Semua orang berhak mendapatkan kebahagiaan di dunia ini, kecuali kamu, Selena. Apa kamu sudah mengerti?”

Selena menatap tatapan Harvey yang acuh tak acuh. Kemudian, Harvey menatapnya dengan tatapan tajam dan berkata dengan suara dingin, “Cerai atau tidak, keputusannya ada di tanganku.”

Saat Harvey membungkukkan badannya, dasinya menjuntai jatuh mengenai kedua pipi Selena. Harvey yang berpakaian mantel bulu domba indah terlihat sangat arogan karena dia merasa di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa menang melawannya.

Namun, apa yang dikatakan Harvey memang benar. Ketika mobil mereka melewati pembatas jalan, tatapan Selena jatuh kepada deretan mobil di seberang jalan. Ternyata deretan itu terjadi karena mobil paling depan menabrak pagar pengaman jalan. Setelah melihat kejadian itu, Selena langsung teringat, bukankah itu mobil Kak Lewis?

Lewis baru saja mengantarnya, tetapi tidak lama kemudian, dia malah mengalami kecelakaan. Hal ini membuat wajah Selena langsung memucat. Dia berteriak dengan suara keras, “Cepat hentikan mobil!”

Alex tidak mungkin memberhentikan mobil di saat seperti ini. Karena itu, dia seolah tidak mendengar apa-apa dan terus mengemudi.

Ketika Selena hendak membuka paksa pintu mobil, Harvey langsung menarik tangan Selena. Alhasil, Selena jatuh ke dalam pelukannya.

Kemudian, Selena mendengar pria itu berkata dengan perlahan, “Ada apa? Kamu sakit hati?”

“Apa kamu sudah gila? Kak Lewis hanya lebih perhatian kepada ayahku karena aku adalah adik kelasnya! Kami sama sekali tidak ada hubungan apa pun! Mengapa kamu tega melakukan hal ini?”

Harvey mengulurkan tangannya dengan pelan, menyentuh wajah Selena dan berkata dengan nada dingin. “Karena ... semakin kamu merasa sedih, aku semakin bahagia.”

Setelah mendengar perkataan Harvey, Selena langsung mencengkeram kemeja Harvey dengan seluruh tenaganya. Amarah ini membuat seluruh tenaga Selena terkuras habis. Namun, Selena tetap memaksakan dirinya untuk berkata, “Harvey, ayahku pernah membiayai sekolah Kezia. Kalaupun ayahku dan Kezia mengalami perselisihan, aku yakin dia juga tidak akan menyakiti Kezia.”

Ketika mendengarkan nama Kezia, raut wajah Harvey langsung berubah. Wajahnya yang awalnya tersenyum sinis, kini berubah menjadi marah. Dia mendorong tubuh Selena ke samping dengan kasar.

“Kamu tidak berhak menyebut nama ini!”

Punggung Selena membentur pintu mobil dengan keras. Hal ini membuat tubuh Selena yang awalnya memang lemah menjadi kesakitan. Terakhir, Selena hanya bisa bersandar di pintu mobil sambil menahan rasa sakit akibat benturan itu.

Harvey sangat sensitif terhadap nama ini. Kelihatannya, dia memang tidak salah mencari orang, Kezia memang adalah adik perempuannya yang hilang itu.

Saat ini, Selena tidak sanggup lagi menanyakan apa pun kepada Harvey. Selena hanya memejamkan matanya, berusaha menenangkan dirinya dan mengusir rasa sakit di tubuhnya.Belongs © to NôvelDrama.Org.

Selena juga tidak sanggup lagi bertengkar dengan Harvey. Karena itu, dia hanya duduk bersandar di kursi mobil.

Untungnya, Selena sempat memakai perona pipi dan lipstik sebelum berangkat, sehingga orang lain tidak melihat wajahnya yang pucat itu.

Melihat Selena yang hanya terdiam saja, Harvey menganggap kalau Selena sedang emosi, sehingga Harvey juga tidak menghiraukannya. Namun, emosinya masih belum reda.

Ketika mobil mereka sudah sampai di Kediaman Harvey, Selena langsung lemas dan sama sekali tidak ingin bergerak.

Saat ini, Harvey sudah beranjak keluar. Alex membuka pintu mobil dan bertanya dengan surat lembut, “Nyonya, apakah Anda baik-baik saja?”

Namun, sebelum Selena sempat menjawab, Harvey sudah berdiri di depan pintu kediaman dan berkata dengan tatapan sinis, “Selama ini kamu hanya bisa menggunakan trik ini. Apa kamu mengira hatiku akan berubah lembut jika kamu pura-pura sakit?”

Selama satu tahun ini, Selena memang pernah memakai cara ini untuk membuat Harvey berbalik hati. Namun, sayangnya kali ini Harvey sudah tidak percaya lagi kepadanya.

Setelah beberapa waktu kemudian, Harvey mulai kehilangan kesabaran karena melihat Selena masih belum turun dari mobil. Dia berkata, “Jika kamu tidak mau aku berbuat sesuatu terhadap Keluarga Martin, lebih baik kamu segera turun!”

Selena baru saja mengirimkan pesan kepada Lewis, tetapi Lewis belum membalasnya. Selena juga tidak tahu seberapa parah luka Lewis. Karena itu, Selena turun dari mobil dengan perasaan khawatir.

Ketika kaki Selena baru saja menyentuh tanah, dia merasakan ada aura dingin menghampirinya. Hal ini membuat kedua kaki Selena menjadi lemas, pandangan matanya menggelap dan terjatuh.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.