Bab 15
Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama
Suasana di depan hotel terasa sangat hening.
Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.
Pesta ulang tahun Nona Luna?
Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura … adalah Ardika?
Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.
Wulan juga merasa pusing.
“Nggak! Nggak mungkin ….”
“Pak … Pak Henry, Apakah Anda salah ….”
Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?
“Diam!”
Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.
Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, “Nona Luna, silakan masuk.”
“Aku ….”
Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.
Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.
Sikap yang seperti seorang pelayan ini membuat semua orang terkejut.
“Tunggu!”
Ardika menoleh ke belakang dan menatap Wulan, lalu berkata, “Sekarang, kamu sudah bisa kembalikan kalung di lehermu kepada istriku, ‘kan?”
Tatapan semua orang membuat Wulan panik.
“Ar … Ardika, apa maksudmu? Ini … ini adalah hadiah yang diberikan oleh Tuan Muda David,” jawab Wulan dengan ragu.
Pada saat ini, Bella yang berada di belakang Ardika tiba-tiba berjalan maju. Dia mengangkat tangannya dan menampar wajah Wulan dengan keras.
“Benar-benar nggak tahu diri!”
“Hati Peri adalah hadiah ulang tahun Nona Luna.”
“Memangnya kamu pantas memakainya?”
Sambil memegang wajah yang bengkak, tubuh Wulan gemetar hebat.
Dia ditampar dua kali di depan umum. Ke depannya, bagaimana dia bisa tampil di depan umum? Bagaimana dia bisa lanjut menjadi selebritas Kota Banyuli?
Namun, orang pertama yang menamparnya adalah Henry, orang terkaya di Kota Banyuli. Orang kedua yang menamparnya adalah Bella, bos perhiasan. Wulan tentu saja tidak berani melawan.
“Tuan Muda David, mereka memukulku. Huhu …. Hati Peri ini adalah milikku. Mana mungkin milik Luna?” Wulan terpaksa meminta bantuan kepada David.
David malah memelototi Wulan dengan tatapan jijik. Dia lalu berkata dengan kesal, “Nangis kenapa kamu? Aku nggak pernah bilang kalau aku membeli Hati Peri, kamu sendiri yang merasa seperti itu.”
Selesai bicara, David diam-diam melirik ke arah Ardika. Ketika menyadari Ardika sama sekali tidak memperhatikannya, David pun menghela napas lega.
Wajah Tuan Besar Basagita merona merah, dia pun segera berkata, “Dasar bodoh! Kenapa diam saja? Cepat lepaskan dan kembalikan kepada Luna.”
Banyak anggota Keluarga Basagita ikut membela Luna. Mereka memarahi Wulan dan menyuruhnya untuk mengembalikan kalungnya. Mereka juga takut Ardika marah kepada mereka.
Wulan akhirnya melepaskan kalung Hati Peri dengan enggan, kemudian diberikan kepada Luna. Exclusive content © by Nô(v)el/Dr/ama.Org.
“Ardika, ini ….”
Luna seketika tidak bisa bereaksi. Kejadian ini berdampak besar kepadanya, sehingga dia tidak tahu cara menghadapinya dalam waktu singkat.
Ardika malah menepuk tangan Luna, sambil berkata, “Sayang, nggak apa-apa. Selanjutnya masih ada kejutan yang lebih besar lagi.”
Setelah itu, dia menarik tangan Luna dan masuk ke dalam mobil Rolls-Royce.
“Cepat, ayo kita ikut ke dalam.”
Tuan Besar Basagita berkata dengan penuh semangat, “Keluarga Basagita akan berjaya. Ini adalah hal yang paling membahagiakan.”
“Wah, ini adalah Hotel Bintang Bulan, ya? Ternyata lebih mewah dari istana.”
Setelah masuk ke dalam hotel, banyak orang yang berseru kaget.
Dekorasinya begitu mewah, sehingga ketika semua orang melangkah masuk, mereka serasa berada di istana sebuah kastil bangsawan.
Bahkan, ada yang mengenali lampu gantung kristal Swarovski raksasa yang tergantung di langit-langit aula saja bernilai lebih dari 120 miliar.
“Wah, kalau ada pria yang mengadakan pesta ulang tahun untukku di tempat ini, aku pasti akan menikah dengannya.”
Beberapa wanita berseru dengan berlebihan.
Luna mengucek matanya, dia merasa semua ini seperti dalam mimpi. Lalu, dia pun berkata, “Ar … Ardika, kamu yang menyiapkan semua ini?”